Sangat mudah untuk menjelaskan bahwa tujuan pokok yang ingin dicapai manajer keuangan adalah memaksimisasi profit. Namun demikian perlu didasari bahwa tujuan ini mengandung banyak kelemahan. 1). Standar ekonomi mikro dengan memaksimumkan profit – (ingat profit maksimum dapat dicapai pada saat biaya marginal sama dengan pendapatan marginal – adalah bersifat statis karena tidak memperlihatkan dimensi waktu). Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara profit dalam jangka panjang dengan jangka pendek. 2). Pengertian profit itu sendiri bisa menyesatkan. Apakah perusahaan harus memaksimumkan jumlah profit secara nominal ataukah tingkat profit? Apabila tingat profit atau keuntungan yang ingin dimaksimumkan, maka timbulah masalah penentuan tingkat keuntungan.
Apakah keuntungan dalam kaitannya dengan penjualan, dengan total aktiva, atau dengan pemilik modal itu sendiri? Kemudian karena pengertian profit adalah merupakan selisih positif antara pendapatan dengan biaya, timbul pertanyaan, biaya apa saja yang harus diperhitungkan? Haruslah opportunity costs harus diperhitungkan dan bagaimana cara mengukurnya? Perlu dipahami pula bahwa pengertian profit tidak sama dengan aliran kas. Laba per lembar saham atau earning per share yang semakin besar tidka berarti peningkatan deviden dalam bentuk kas; karena pembayaran deviden hanya ditentukan oleh kebijakan deviden.
3). Adalah menyangkut resiko yang berkaitan dengan setiap alternative keputusan memaksimumkan profit tanpa memperhitungkan tingkat resiko setiap alternative akan sangat menyesatkan. Yang dimaksud dengan resiko adalah kemungkinan bahwa tingkat output tidak sesuai dengan yang diharapkan. Besar kecilnya tingkat resiko ini biasanya diukur dengan besar kecilnya tingkat penyimpangan atau standar deviasi. Semakin besar deviasi semakin besar pula resikonya.
No comments:
Post a Comment